Ekskaso Media — Drifting merupakan satu dari sekian istilah yang acap disebut di dalam dunia otomotif. Biasanya, istilah ini diperagakan dalam film dengan genre aksi yang melibatkan adegan penggunaan mobil secara ekstrem.
Meskipun adegan ini terlihat seru untuk ditonton, namun peragaan drifting membutuhkan keahlian khusus dalam mengendarai kendaraan, khususnya mobil. Sebab, ketidakpiawaian dalam memperagakan adegan ini dapat berujung pada kejadian yang tidak diinginkan.
Ikatan Motor Indonesia (IMI) dalam situsnya mengungkapkan bahwa drifting merupakan satu dari sekian ajang olahraga pada cabang otomotif, terkhusus mobil. Di Indonesia, bahkan, cabang olahraga otomotif satu ini digelar setahun sekali. Seperti misalnya melalui acara Indonesian Drift Series (IDS).
Pengertian Teknik Drifting dalam Otomotif
Drifting atau kegiatan yang memperagakan mobil mengepot adalah salah satu teknik yang digunakan oleh pengendara dalam menyetir mobil sehingga mobil tersebut dapat berada di posisi miring. Posisi tersebut dipertahankan selama mungkin oleh pengendara terlatih sambil melajukan mobil tersebut.
Pada mulanya, istilah drifting hanya menjadi satu dari sekian teknik lanjutan yang dapat diterapkan saat menyetir mobil. Namun, belakangan drifting berkembang menjadi cabang olahraga otomotif profesional yang diakui oleh Federation Internationale de l’Automobile (FIA) untuk diperlombakan.
Mobil yang digunakan untuk drifting bukan merupakan mobil sembarangan. Sebab, tidak semua mobil dapat melakukan aksi ekstrem ini. Biasanya, beberapa modifikasi dilakukan sebelum mobil bisa melakukan drifting. Selain itu, drifting memerlukan mobil dengan roda belakang sebagai penggeraknya.
Sejarah Adanya Teknik Drifting
Dalam laman Daihatsu, dijelaskan bahwa olahraga otomotif drifting berasal dari Jepang, tepatnya pada era 1960-an. Saat itu, komunitas motor sport bernama Rolling Zoku di sana melakukan praktik teknik opposite lock yang merupakan teknik yang biasa dilakukan dalam ajang balapan reli (rally). Teknik tersebut diperagakan di jalan berkelok dan licin.
Setelah itu, Kunimitsu Takahashi pada tahun 1970-an melakukan eksperimen terhadap mobilnya. Eksperimen mobil yang melaju dengan bagian depan yang miring itulah yang digadang-gadang menjadi cikal bakal drifting.
Dalam eksperimen tersebut, bagian depan dari mobil yang dikendarai Kunimitsu dimiringkan dengan cara mengikuti titik pinggir yang terdapat pada sebuah lintasan. Aksi yang tidak biasa itu tentunya mengundang decak kagum beberapa orang, lantas tertarik untuk mencoba dan mengembangkannya. Salah seorang yang tertarik untuk mencobanya adalah Keiichi Tsuchiya.
Keiichi melakukan pengembangan drifting dengan melakukan eksperimen penerapan apa yang dilakukan oleh Kunimitsu di jalan-jalan yang ada di daerah pegunungan. Teknik yang menjadi hasil eksperimen Keiichi inilah yang sampai sekarang dikenal dengan nama drifting.
Setelah itu, Keiichi kemudian menjadi kerja sama kepada Daijiro Inada untuk membuat kompetisi yang mempertandingkan teknik drifting profesional untuk pertama kalinya dalam sejarah. Ajang unjuk diri kemampuan drifting itu diberi nama D1 Grand Prix. Peserta dari kompetisi tersebut diharuskan membuat mobilnya tetap melaju kencang meskipun berada dalam posisi yang agak miring.
Cara Melakukan Teknik Drifting
Untuk dapat mempraktikkan teknik drifting, pengemudi mobil perlu melakukan sebuah teknik yang membiarkan roda belakang agar tetap dalam kondisi selip. Roda belakang yang selip tersebut akan menghasilkan alur yang lebih besar jika dibandingkan dengan roda depan.
Kecepatan tinggi juga diperlukan untuk dapat melakukan teknik drifting. Dalam keadaan melaju kencang tersebut, pengemudi harus membelokkan setir mobil pada saat yang tepat dan tanpa menurunkan kecepatan sehingga kecepatan kendaraan menjadi stabil. Jika tidak pada saat yang tepat, kendali pengendara pada mobilnya akan hilang dan teknik drifting tidak terjadi sebagaimana yang diharapkan.
0 Komentar